Kematian memang misteri. Tidak ada yang mengetahui, kapan,
dimana, dan dalam keadaan bagaimana. Hanya Allah Ta’ala yang Maha Mengetahui
akhir hidup hamba-hamba-Nya.
Misteri akhir hidup seseorang di dunia inilah yang menjadi
satu di antara sekian banyaknya bukti bahwa Allah Ta’ala Mahaadil. Dengan
kemisterian itu, orang-orang beriman akan harap-harap cemas. Dia akan
senantiasa berbaik sangka kepada Allah Ta’ala, juga tidak bertindak konyol
dengan menjerumuskan diri dalam kesia-siaan yang ujungnya berbuat maksiat.
Akan tetapi, sebagai bentuk Mahaadil-Nya yang lain, Allah
Ta’ala juga membuat sebuah kaidah pasti yang disebut dengan sunnatullah.
Sunnatullah inilah yang harus dipegang, sehingga orang-orang yang beriman tidak
mengalami kegamangan atau kegalauan dalam hidupnya.
Salah satu sunnatullah itu, sebagaimana disebutkan dalam
sebuah hadits, bahwa seseorang akan dibangkitkan sebagaimana ia dimatikan.
Sebelum itu, ia akan dimatikan sebagaimana kebiasaannya di kala hidup.
Kaidah ini pula yang menjadi penjelas, ada begitu banyak
pemain olah raga yang mati saat latihan atau bertanding di lapangan. Ada pula
pilot yang meninggal dunia saat menerbangkan pesawat. Begitu juga dengan
profesi-profesi atau kebiasaan-kebiasaan lainnya.
Jika pun ada orang baik yang dimatikan dalam keadaan buruk,
maka hal itu hanyalah pengecualian, jumlahnya sedikit, dan terkandung hikmah
Allah Ta’ala di balik peristiwa langka itu. Yang menjadi jamak, pelaku maksiat
akan dimatikan di lokasi maksiat. Dan pelaku ketaatan akan diawafatkan dalam
keadaan ibadah dan beramal shalih.
Di sinilah perlunya kita menjaga diri. Jangan sampai sengaja
melakukan perbuatan buruk, meski dengan dalih ‘sekali-kali’. Sebab amat mudah
bagi Allah Ta’ala untuk mematikan kita saat sedang beramal jahat.
Seorang laki-laki tengah mengalamai sakaratul maut. Di rumah
sakit. Seluruh keluarga dan tetangganya berkumpul. Sebagian membaca al-Qur’an,
sebagian lainnya berdoa dan membaca kalimat dzikir, dan beberapa mentalqinnya.
Lama. Nyawa masih di kandung badan. Hingga datanglah seorang
sahabat akrabnya. Setelah berdiskusi dengan keluarganya, dia mengingat satu
hal; kebiasaan si sakit. Tak lama kemudian, dia pun mengambil music palyer,
lalu memutar lagu jahiliyah kesukaan si sakit.
Berselang jenak, anggota badan si sakit bergerak lemah,
layaknya berjoget. Beberapa detik setelahnya, nafasnya hilang. Innalillahi wa
inna ilahi raji’un.
Wahai diri, berpikirlah dengan jernih. Hendak dimatikan
dalam keadaan seperti apa, begitulah seharusnya kita membiasakan diri. Biasakan
diri dalam ibadah, insya Allah kelak dimatikan dalam menghamba kepada-Nya.
Sebaliknya, jika tidak mau dimatikan dalam keadaan mendengar
musik jahiliyah, jika enggan dimatikan dalam keadaan menonton film barat atau
asia yang tak jelas pahalanya, segera tinggalkan perbuatan itu.
Semoga Allah Ta’ala menganugerahkan husnul khatimah kepada
kita. Aamiin.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]
loading...
0 Response to "Kisah Su’ul Khatimah: Mati setelah Dengarkan Musik Jahiliyah"
Post a Comment