Video lakonan Semula kisah sultan alfateh
Kalau ada sosok yang ditunggu-tunggu kedatangannya sepanjang
sejarah Islam, dimana setiap orang ingin menjadi sosok itu, maka dia adalah
sang penakluk Konstantinopel. Bahkan para sahabat Nabi sendiri pun berebutan
ingin menjadi orang yang diceritakan Nabi SAW dalam sabdanya.
Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah
bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu;
Konstantinopel atau Rumiyah?, Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran
miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kita sedang
menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua
kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/Roma?,
Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel.
[H.R. Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim]
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin
yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di
bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan”. [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad
4/335]
Hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim. Adz-Dzahabi sepakat
dengan al-Hakim. Sementara Abdul Ghani al-Maqdisi berkata: Hadits ini hasan
sanadnya. Al-Albani sependapat dengan al-Hakim dan adz-Dzahabi bahwa hadits ini
shahih. (Lihat al-Silsilah al-Shahihah 1/3, MS)
Ada dua kota yang disebut dalam nubuwat Nabi di hadits
tersebut;
1. Konstantinopel
Kota yang hari ini dikenal dengan nama Istambul, Turki.
Dulunya berada di bawah kekuasaan Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks.
Tahun 857 H / 1453 M, kota dengan Benteng legendaris tak tertembus akhirnya
runtuh di tangan Sultan Muhammad al-Fatih, sultan ke-7 Turki Utsmani.
2. Rumiyah
Dalam kitab Mu’jam al-Buldan dijelaskan bahwa Rumiyah yang
dimaksud adalah ibukota Italia hari ini, yaitu Roma. Para ulama termasuk Syekh
al-Albani pun menukil pendapat ini dalam kitabnya al-Silsilah al-Ahadits
al-Shahihah.
Konstantinopel telah dibuka 8 abad setelah Rasulullah
menjanjikan nubuwat tersebut. Tetapi Roma, hingga hari ini belum kunjung
terlihat bisa dibuka oleh muslimin. Ini menguatkan pernyataan Nabi dalam hadits
di atas. Bahwa muslimin akan membuka Konstantinopel lebih dulu, baru Roma.
Itu artinya, sudah 15 abad sejak Rasul menyampaikan
nubuwatnya tentang penaklukan Roma, hingga kini belum juga Roma jatuh ke tangan
muslimin.
Kota Benteng
Kekaisaran Romawi terpecah dua yaitu Romawi Barat, beraliran
Katholik Roma berpusat di Vatikan dan Romawi Timur yang sering disebut sebagai
Byzantium, beraliran Yunani Orthodoks berpusat di Konstantinopel. Perpecahan
tersebut sebagai buntut dari konflik gereja. Meskipun begitu dunia masih tetap
mengakui keduanya sebagai pusat peradaban kristen. Constantine The Great
memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan
strategis karena berada di perbatasan Eropa dan Asia, baik di darat karena
dilalui Jalur Sutera maupun di laut karena berada diantara Laut Tengah dengan
Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia,
setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu.
Banyak bangsa mengincar kota ini untuk dikuasai diantaranya
bangsa Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazah, Arab-Muslim dan Pasukan
Salib meskipun misi awalnya adalah menguasai Jerusalem. Arab-Muslim terdorong
ingin menguasai Byzantium tidak hanya karena nilai strategisnya, tapi juga atas
kepercayaan kepada ramalan Rasulullah SAW melalui riwayat Hadits di atas.
Konstantinopel merupakan salah satu kota terpenting di
dunia, kota yang sekaligus benteng ini dibangun pada tahun 330 M oleh Kaisar
Byzantium yaitu Constantine I. Konstaninopel memiliki posisi yang sangat
penting di mata dunia. Sejak didirikannya, pemerintahan Byzantium telah
menjadikannya sebagai ibukota pemerintahannya. Konstantinopel merupakan salah
satu kota terbesar dan benteng terkuat di dunia saat itu, dikelilingi lautan
dari tiga sisi sekaligus, yaitu selat Bosphorus, Laut Marmara dan Tanduk Emas
(Golden Horn) yang dijaga dengan rantai yang sangat besar, hingga tidak
memungkinkan untuk masuknya kapal musuh ke dalamnya. Di samping itu, dari
daratan juga dijaga dengan pagar-pagar sangat kokoh yang terbentang dari laut
Marmara sampai Tanduk Emas. Memiliki satu menara dengan ketinggian 60 kaki,
benteng-benteng tinggi yang pagar bagian luarnya saja memiliki ketinggian 25
kaki, selain tower-tower pemantau yang terpencar dan dipenuhi tentara pengawas.
Dari segi kekuatan militer, kota ini dianggap sebagai kota yang paling aman dan
terlindungi, karena di dalamnya ada pagar-pagar pengaman, benteng-benteng yang
kuat dan perlindungan secara alami. dengan demikian, maka sangat sulit untuk
bisa diserang apalagi ditaklukkan.
Kedudukan Konstantinopel yang strategis diillustrasikan oleh
Napoleon Bonaparte; ".....kalaulah dunia ini sebuah negara, maka
Konstantinopel inilah yang paling layak menjadi ibukota negaranya!".
Banyak serangan yang dilancarkan para Khalifah Islam dalam
rangka penaklukan konstantinopel dalam rentang waktu 800 tahun lamanya. Namun
semuanya mengalami kegagalan sampai penyerangan terakhir yang dilakukan oleh
Sultan Muhammad II yang bergelar Muhammad Al-Fatih.
Usaha pertama untuk mengepung Konstantinopel dilakukan pada
tahun 34 H / 654 M pada masa pemerintahan Usman bin Affan r.a. Dia mengirimkan
Muawiyah bin Abu Sofyan r.a. dengan pasukan yang besar untuk mengepung dan
menaklukkannya. Tetapi mereka pulang dengan tangan hampa disebabkan oleh
kokohnya pertahanan Konstantinopel.
Pada masa Bani Umayah tercatat 2 serangan penting yang
dilancarkan :
Pertama yang dilakukan pada masa Muawiyah bin Abu Sofyan
r.a. Dalam usaha penaklukan itu Abu Ayub Al-Anshari syahid, sebelum wafat Abu
Ayyub sempat berwasiat jika wafat ia meminta dimakamkan di titik terjauh yang
bisa dicapai oleh kaum muslim. Dan para sahabatnya berhasil menyelinap dan
memakamkan beliau persis di sisi tembok benteng Konstantinopel di wilayah
Golden Horn.
Kedua adalah yang dilakukan pada masa Khalifah Sulaiman bin
Abdul Malik tahun 98 H . Pada saat itu dia mengirimkan pasukan tentara sejumlah
20.000 orang dan sekitar seratus perahu untuk mengepung dan menaklukkan
Konstantinopel. Pengepungan Konstantinopel berlangsung berbulan-bulan dengan
pasukan yang dalam kondisi kritis karena keinginan kuat sang Khalifah dalam
menaklukkan Konstantinopel. Tetapi usaha itu belum juga berhasil akibat suhu
udara yang sangat dingin. Pasukan itu kemudian ditarik mundur oleh Khalifah
Umar bin Abdul Aziz setelah dirinya menggantikan Khalifah Sulaiman bin Abdul
Malik yang mangkat pada saat tentara masih berada di medan pertempuran.
Di masa kekhalifahan Abbasiyah berlangsung serangan yang
demikian intensif ke Byzantium, namun demikian usaha ini belum sampai menyentuh
Konstantinopel walaupun serangan itu telah menimbulkan gejolak di dalam negeri
Byzantium, khususnya serangan yang dilakukan oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid pada
tahun 190 H. Setelah itu upaya penaklukan Konstantinopel dilanjutkan oleh
Kesultanan Islam Seljuk di Asia Kecil diantaranya adalah Sultan Alib Arsalan
yang berhasil mengalahkan tentara Kaisar Rumanos dari Romawi dengan pasukannya
yang berjumlah kurang lebih 200.000 personil hanya dengan tentara Islam
sejumlah 15.000 personil dalam Perang Manzikart pada tahun 464 H/1070 M.
Kemenangan Spektakuler ini merupakan titik perubahan penting dalam sejarah
Islam. Sebab peristiwa ini telah melemahkan pengaruh Romawi di Asia Kecil yang
tak lain adalah wilayah-wilayah strategis kekaisaran Byzantium.
Saat kekhalifahan Abbasiyah yang beribukota di Baghdad
dihancurkan oleh serbuan pasukan Mongol, muncullah Utsman peletak dasar
Kekhalifahan Utsmaniyah. Dengan kekuasaan yang baru lahir dia telah berhasil
menembus Laut Marmara, dengan bala tentaranya dia berhasil membayangi dua kota
utama Byzantium kala itu yakni Azniq dan Burshah. Setelah beliau wafat,
Khalifah penggantinya Orkhan melanjutkan misi pendahulunya. Tahun 727 H/1327M
Nicomedia sebuah kota yang berada di barat laut Asia kecil dekat kota Konstantinopel
berhasil ditaklukkan.
Sultan Orkhan sangat peduli untuk merealisasikan apa yang
pernah dikabarkan oleh Rasulullah SAW tentang akan ditaklukkannya
Konstantinopel. Dia telah melakukan langkah-langkah strategis untuk melakukan
pengepungan terhadap ibukota Byzantium dari sebelah barat dan timur pada saat
yang bersamaan, agar bisa merealisasikannya, dia mengirim anaknya yang bernama
Sulaiman untuk melintasi selat Dardanela dan memerintahkannya agar menguasai
beberapa wilayah di sebelah barat. Tahun 758 H Sulaiman berhasil menyeberangi
selat Dardanela pada malam hari bersama pasukan kavaleri. Ketika sampai di tepi
barat, mereka berhasil mengambil alih beberapa kapal milik tentara Romawi yang
sedang berada ditempat itu, kemudian mereka membawa kapal–kapal itu ke tepi
timur, mengingat tentara Utsmaniyah belum memiliki armada laut sebab kekuasaan
mereka baru saja berdiri. Di tepi timur inilah, Sulaiman memerintahkan
pasukannya untuk menaiki kapal-kapal itu yang membawa mereka ke pantai Eropa.
Mereka lalu mampu menaklukkan benteng Tarnab, dilanjutkan ke Ghalmabuli yang di
dalamnya ada benteng Jana dan Apsala serta Rodestu, semuanya berada di selat
Dardanela yang berada diutara dan selatan.
Dengan begitu Sultan Orkhan telah melakukan sebuah langkah
penting dan membuka jalan bagi pemimpin yang datang setelahnya untuk
menaklukkan Konstantinopel. Di Eropa, tentara Utsmaniyah melakukan penaklukan
di wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Byzantium. Pada tahun 762 H/1360 M,
Sultan Murad I mengusai Adrianopel ( Edirne ), sebuah kota yang sangat
strategis di Balkan dan dianggap sebagai kota kedua setelah Konstantinopel oleh
Byzantium. Dia menjadikan kota ini sebagai ibukota pemerintahannya sejak tahun 768H1366M.
Pada masa kepemimpinan Sultan Bayazid I terjadi pengepungan Konstantinopel
dengan pasukan yang dipimpinnya sendiri hingga membuat Konstantinopel hampir
menemui keruntuhannya. Namun karena munculnya sebuah bahaya baru yaitu ekspansi
Timur Lenk dari Mongol yang mengancam pemerintahan Utsmaniyah akhirnya Sultan
Bayazid menarik mundur pengepungan tersebut.
Pada masa pemerintahan Sultan Murad II beberapa kali usaha
penaklukkan Kota Konstantinopel dilakukan. Bahkan di masanya pasukan Islam
beberapa kali mengepung kota ini. Adalah Sultan Muhammad II putera Sultan Murad
II yang melanjutkan penaklukkan Konstantinopel baik dari ayahnya maupun
pendahulunya. Dalam rangka penaklukan ini beliau berusaha untuk memperkuat
kekuatan militer Utsmaniyah dari segi kuantitas hingga mencapai 250.000
personil. Selain membekali pasukan dengan kemampuan tempur dia juga menanamkan
semangat Jihad. Sultan selalu mengingatkan mereka akan pujian Rasulullah SAW
pada pasukan yang mampu membuka Kota Konstantinopel. Beliau selalu berharap,
tentara yang dimaksud Rasulullah adalah tentaranya. Hal ini memberikan dorongan
moral serta ruhiyyah yang sangat kuat di benak pasukannya. Selain itu ia juga
memperkuat infrastruktur angkatan bersenjata dan modernisasi peralatan tempur,
dengan membangun benteng Romali Hisyar di wilayah selatan Eropa di selat
Bosphorus pada sebuah titik yang paling strategis yang berhadapan dengan
benteng yang pernah dibangun pendahulunya yaitu Sulthan Bayazid di daratan
Asia, beliau juga menyiapkan meriam-meriam yang berukuran sangat besar dalam
penaklukan kali ini.
Sebelum serangan dilancarkan, Sultan Muhammad II telah
mengadakan perjanjian dengan kerajaan yang berbatasan langsung dengan
Konstantinopel diantaranya ialah perjanjian yang dibuat dengan kerajaan Galata yang
bersebelahan dengan Byzantium. Ini merupakan strategi yang penting supaya
seluruh tenaga dapat difokuskan kepada musuh yang satu tanpa ada ancaman lain
yang tidak terduga.
Selain itu, dalam mempersiapkan penaklukan kota
Konstantinopel, Sultan Muhammad II juga memperkuat armada laut Utsmaniyah,
mengingat Konstantinopel adalah sebuah kota laut, yang tidak mungkin bisa
dikepung kecuali dengan menggunakan armada laut. Disebutkan bahwa kapal perang
yang telah dipersiapkan berjumlah 400 unit. Meriam-meriam besar telah
digerakkan dari Adrianopel menuju Konstantinopel dalam jangka waktu dua bulan.
Keseriusan Sultan Muhammad II telah mendorong Kaisar
Byzantium berusaha mendapatkan pertolongan dari negara-negara Eropa. Dia
memohon pertolongan dari gereja Katholik Roma sedangkan pada saat itu semua
gereja di Konstantinopel beraliran Orthodoks. Demi mendapatkan bantuan tersebut
Constantine XI Paleologus, Kaisar Byzantium pada saat itu setuju untuk menukar
aliran di Konstantinopel demi menyatukan kedua aliran yang saling bermusuhan
itu. Perwakilan dari Eropa telah tiba di konstantinopel untuk tujuan tersebut.
Constantine XI Paleologus berpidato di Gereja Aya Sophia menyatakan ketundukan
Byzantium kepada Katholik Roma. Hal ini telah menimbulkan kemarahan penduduk Konstantinopel
yang beraliran Orthodoks. Sehingga ada di antara pemimpin Orthodoks berkata,
"Sesungguhnya aku lebih rela melihat di bumi Byzantium ini sorban orang
Turki Muslim daripada aku melihat topi Latin!" Situasi ini telah
mencetuskan pemberontakan rakyat terhadap keputusan Constantine XI yang
dianggap telah berkhianat.
Akhirnya pasukan yang dipimpin langsung Sultan Muhammad II
sampai didekat Konstantinopel pada hari Kamis tanggal 26 Rabiul Awwal 857 H/6
April 1453 M. Bersama dengan Sultan adalah gurunya, Syaikh Aaq Syamsudin
beserta tangan kanannya, Halil Pasha dan Zaghanos Pasha. Mereka merencanakan
penyerangan ke Konstantinopel dari berbagai penjuru kota dengan berbekal
150.000 ribu pasukan, meriam dan 400 kapal perang. Sultan Muhammad II mengirim
surat kepada Constantine XI Paleologus untuk masuk Islam, menyerahkan
penguasaan kota secara damai atau memilih perang. Constantine XI Paleologus
bertahan untuk tetap mempertahankan kota. Ia dibantu oleh Kardinal Isidor,
Pangeran Orkhan dan Giovanni Giustiniani dari Genoa.
Kota dengan benteng tinggi 10-an meter tersebut memang sulit
ditembus, selain itu di sisi luar benteng dilindungi oleh parit-parit dalam.
Dari sebelah barat pasukan artileri harus membobol benteng setebal dua lapis
sedangkan dari arah selatan laut Marmara, armada laut Turki Utsmani harus
berhadapan dengan kapal perang Genoa pimpinan Giustiniani dan di arah timur
selat sempit tanduk emas sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal
perang ukuran kecil pun tak bisa melewatinya.
Constantine XI Paleologus telah melakukan negosiasi dengan
berbagai tawaran demi untuk menyelamatkan kedudukannya. Akan tetapi Sultan
Muhammad II menolak semua tawaran itu, justru sebaliknya beliau memberi saran
supaya Konstantinopel diserahkan kepada Daulah Utsmaniyah secara damai. Sultan
Muhammad II berjanji, jika Konstantinopel diserahkan secara damai, tak ada
seorang pun yang akan diapa-apakan bahkan tidak ada gereja dan harta benda
penduduk yang dimusnahkan.
Bagian dari isi ucapan beliau adalah, "... serahkan
kekaisaranmu, kota Konstantinopel. Aku bersumpah bahwa tentaraku tidak akan
mengancam nyawa, harta dan kehormatan mereka. Mereka yang ingin terus tinggal
dan hidup dengan aman sejahtera di Konstantinopel, bebas berbuat demikian. Dan
siapa yang ingin meninggalkan kota ini dengan aman sejahtera juga
dipersilakan".
Keesokan harinya, Sultan Muhammad II telah menyusun dan
membagi tentaranya menjadi tiga bagian. Pertama adalah gugus utama yang
bertugas mengepung benteng yang mengelilingi kota itu. Di belakang kumpulan
utama itu adalah tentara cadangan yang bertugas menyokong tentera utama. Meriam
telah diarahkan ke pintu Topkopi. Pasukan pengawal juga diletakkan di beberapa
kawasan strategis seperti kawasan-kawasan bukit di sekitar Kota tersebut.
Armada laut Utsmaniyah juga diletakkan di sekitar perairan yang
mengelilinginya. Akan tetapi kapal-kapal itu tidak mampu memasuki perairan
Tanduk Emas disebabkan rantai raksasa yang menghalanginya.
Sejak hari pertama serangan, Tentara Byzantium telah dengan
keras berusaha menghalangi tentara Islam untuk merapat di pintu-pintu masuk
kota mereka. Tetapi serangan tentera Islam telah berhasil mematahkan halangan
itu, ditambah dengan serangan meriam dari berbagai sudut. Bunyi meriam saja
telah menimbulkan rasa takut yang amat sangat kepada penduduk Konstantinopel
sehingga menghilangkan semangat mereka untuk melawan.
Armada laut Utsmaniyah telah mencoba beberapa kali untuk
melepas rantai besi di Tanduk Emas. Dan pada saat yang sama, mengarahkan
serangan ke kapal-kapal Byzantium dan Eropa yang tiba untuk menyerang. Namun
usaha ini tidak berhasil. Kegagalan armada Turki Utsmaniyah memberikan semangat
kepada tentara Byzantium untuk terus bertempur. Pada saat yang sama para
pendeta berjalan di lorong-lorong kota, mengingatkan penduduk supaya banyak
bersabar serta terus berdoa kepada Tuhan supaya menyelamatkan Konstantinopel.
Constantine XI Paleologus juga sering bolak-balik ke Gereja Aya Sophia untuk
tujuan yang sama.
Meskipun begitu, kepungan armada laut Sultan Muhammad II
masih belum berhasil menerobos masuk disebabkan oleh rantai besi yang
melindungi Tanduk Emas. Pada saat yang sama, para Mujahidin tetap terus
melancarkan serangan sehingga pada 18 April 1453 M, pasukan penyerang berhasil
meruntuhkan tembok konstantinopel di Lembah Lycos yang terletak di sebelah
barat kota namun dengan cepat tentara Byzantium berhasil menumpuk reruntuhan
sehingga benteng kembali tertutup.
Pada hari yang sama, beberapa buah kapal perang Utsmaniyah
mencoba melewati rantai besi di Tanduk Emas, tetapi gabungan armada laut
Byzantium dan Eropa berhasil menghalanginya bahkan banyak kapal perang
Utsmaniyah yang karam oleh serangan armada laut Eropa dan Byzantium.
Dua hari setelah serangan itu, terjadi sekali lagi perang
laut antara kedua belah pihak. Sultan Muhammad II sendiri mengawasi pertempuran
dari tepi pantai. Saat itu juga, Sultan menunggang kudanya hingga ke tepi laut
sambil berteriak dengan sekuat tenaga untuk memberikan semangat. Kesungguhan
Sultan Muhammad II berhasil menaikkan semangat tentaranya. Namun, gabungan
armada Eropa dan Byzantium berhasil mematahkan serangan mujahidin walaupun
mereka bersungguh-sungguh melancarkan serangan demi serangan. Kegagalan
tersebut menyebabkan Sultan mengganti Palta Oglu dengan Hamzah Pasha.
Kegagalan serangan tersebut telah memberikan kekhawatiran
kepada tentara Utsmaniyah. Khalil Pasha yang merupakan wazir/perdana menteri
ketika itu mencoba membujuk Sultan supaya membatalkan serangan serta menerima
saja perjanjian penduduk Konstantinopel untuk tunduk kepada Daulah Utsmaniyah
tanpa menaklukannya. Saran itu ditolak mentah-mentah oleh Sultan. Kini tinggal
memikirkan cara supaya armada laut Turki Utsmani bisa melewati Tanduk Emas.
Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui selat
Tanduk Emas yang sudah dirantai. Sampai akhirnya sebuah ide yang terdengar
bodoh dikemukakan namun akhirnya dilakukan. Ide tersebut adalah memindahkan
kapal-kapal perang yang berada di perairan selat bosphorus ditarik melalui
darat untuk menghindari rantai penghalang. Hanya dalam semalam 70-an kapal bisa
memasuki wilayah perairan Tanduk Emas (Golden Horn) melalui jalur darat yang
memiliki perbukitan yang tinggi dan terjal. Cara yang dipakai untuk memindahkan
kapal-kapal tersebut adalah dengan menggunakan 2 buah gelondongan kayu yang
diapit menjadi satu sehingga bagian bawah kapal yang lebih lancip bisa melewati
celah antara gelondongan, untuk mempermudahnya kayu-kayu diolesi minyak sehingga
licin. Susunan kayu-kayu itu membentuk jalur yang menghubungkan 2 laut yang
berbeda.
Pada Subuh pagi tanggal 22 April, penduduk kota yang lelap
itu terbangun dengan suara pekik takbir tentara Islam yang menggema di perairan
Tanduk Emas. Orang-orang di konstantinopel gempar, tak seorangpun yang percaya
atas apa yang telah terjadi. Tidak ada yang dapat membayangkan bagaimana semua
itu bisa terjadi hanya dalam semalam. Bahkan ada yang menyangka bahwa tentara
Utsmaniyah mendapat bantuan jin dan setan.
Yilmaz Oztuna di dalam bukunya Osmanli Tarihi menceritakan
salah seorang ahli sejarah tentang Byzantium mengatakan:
“Kami tidak pernah melihat dan tidak pernah mendengar
sebelumnya, sesuatu yang sangat luar biasa seperti ini. Muhammad Al-Fatih telah
mengubah bumi menjadi lautan dan dia menyeberangkan kapal-kapalnya di
puncak-puncak gunung sebagai pengganti gelombang-gelombang lautan. Sungguh
kehebatannya jauh melebihi apa yang dilakukan oleh Alexander yang Agung.”
Dengan posisi tentara Islam yang semakin kuat, Sultan
Muhammad II melancarkan serangan besar-besaran ke benteng terakhir
Konstantinopel. Tembakan meriam yang telah mengkaramkan sebuah kapal dagang di
Tanduk Emas, menyebabkan tentara Eropa yang lain lari ketakutan. Mereka telah
meninggalkan pertempuran melalui kota Galata. Semenjak keberhasilan kapal
mujahidin memasuki perairan Tanduk Emas, serangan dilancarkan siang dan malam
tanpa henti.
Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" yang menggema
di segala penjuru Konstantinopel telah memberikan serangan psikologis kepada
penduduk kota itu. Semangat mereka terus luntur dengan ancaman demi ancaman
dari pekikan takbir mujahiddin. Ketika ribut yang belum juga reda, penduduk
Konstantinopel menyadari bahwa tentara Islam telah membuat terowongan untuk
masuk ke dalam pusat kota. Ketakutan melanda penduduk sehingga mereka curiga
dengan bunyi tapak kaki sendiri. Kalau-kalau tentara Turki Utsmani
"keluar" dari dalam bumi.
Sultan Muhammad II yakin bahwa kemenangan semakin tiba,
mendorong beliau untuk terus berusaha agar Constantine XI Paleologus menyerah
kalah tanpa terus membiarkan kota itu musnah akibat gempuran meriam. Sekali
lagi Sultan mengirim utusan meminta Constantine XI Paleologus agar menyerahkan
Konstantinopel secara damai. Lalu Constantine XI Paleologus berunding dengan
para menterinya. Ada yang menyarankan supaya mereka menyerah kalah dan ada pula
yang ingin bertahan sampai akhir. Akhirnya dia setuju dengan pandangan kedua
kemudian mengirimkan balasan:
"... syukur kepada Tuhan karena Sultan memberikan
keamanan dan bersedia menerima pembayaran jizyah. Akan tetapi Constantine
bersumpah untuk terus bertahan hingga akhir hayatnya demi takhta... atau mati
dan dikuburkan di kota ini!".
Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad II bersama tentaranya
meluruskan niat dan membersihkan diri di hadapan Allah SWT. Mereka memperbanyak
sholat, doa dan zikir dengan harapan Allah SWT memudahkan kemenangan. Para
ulama juga memeriksa barisan tentara sambil memberi semangat kepada para
mujahidin. Mereka diingatkan tentang kelebihan jihad dan syahid serta kemuliaan
para syuhada terdahulu khususnya Abu Ayyub Al-Ansari r.a.
"...Sesungguhnya apabila Rasulullah SAW tiba di Madinah
ketika kemenangan hijrah, Baginda telah pergi ke rumah Abu Ayyub Al-Ansari.
Sesungguhnya Abu Ayyub pun telah datang (ke Konstantinopel) dan berada di
sini!" Kata-kata inilah yang membakar semangat tentara islam hingga ke
puncaknya.
Pada saat yang sama, penduduk Konstantinopel berdoa dirumah
dan gereja-gereja mereka dengan khidmat berharap Tuhan menolong mereka.
Tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Ula 857 H / 29 Mei
1453 M, serangan umum dilancarkan. Sebelum penyerangan umum Sultan Muhammad II
memberikan pidato kepada tentara Islam :
“... Jika penaklukan kota Konstantinopel berhasil, maka
sabda Rasulullah SAW telah menjadi kenyataan dan salah satu dari mukjizatnya
telah terbukti, maka kita akan mendapatkan bagian dari apa yang telah menjadi
janji dari hadits ini, yang berupa kemuliaan dan penghargaan. Oleh karena itu,
sampaikanlah pada para pasukan satu persatu, bahwa kemenangan besar yang akan
kita capai ini, akan menambah ketinggian dan kemuliaan Islam. Untuk itu, wajib
bagi setiap pasukan, menjadikan syariat selalu didepan matanya dan jangan
sampai ada diantara mereka yang melanggar syariat yang mulia ini. Hendaknya
mereka tidak mengusik tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja. Hendaknya
mereka jangan mengganggu para pendeta dan orang-orang lemah tak berdaya yang
tidak ikut terjun dalam pertempuran.”
Sabda Rasulullah: "Bukan kamu yang akan menaklukan
Konstantinopel, tetapi anak dan cucu-mu lah yang akan mengalahkan
Konstantinopel."
Diiringi hujan panah, tentara Turki Utsmani maju dalam tiga
lapis pasukan, irregular di lapis pertama, Anatolian Army di lapis kedua dan
terakhir pasukan khusus Janissari. Para mujahidin diperintahkan supaya
meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Penduduk
Konstantinopel telah berada di puncak ketakutan mereka pagi itu. Mujahidin yang
memang menginginkan mati syahid, begitu berani maju menyerbu tentara Byzantium.
Tentara Islam akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel
melalui Pintu Edirne dan mereka telah berhasil mengibarkan bendera Daulah
Utsmaniyah di puncak kota. Constantine XI Paleologus yang melihat kejadian itu
melepas baju perang kerajaannya dan maju bertempur bersama pasukannya hingga
menjadi martir dan tak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri melarikan
diri meninggalkan kota dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri lolos
dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di
peperangan.
Berita kematian Kaisar Byzantium itu menaikkan lagi semangat
tentara Islam untuk terus menyerang. Namun sebaliknya, bagaikan pohon tercabut
akar, tentara Byzantium menjadi tercerai berai mendengar berita kematian
Rajanya.
Tepat pada hari Selasa tanggal 20 Jumadil Ula 857 H
bertepatan tanggal 29 Mei 1453 M, Konstantinopel jatuh dan berhasil ditaklukan
oleh para mujahiddin. Sultan Muhammad II kemudian turun dari kudanya dan
memberi penghargaan pada pasukan dengan ucapannya: “Masya Allah, kalian telah
menjadi orang-orang yang mampu menaklukkan konstantinopel yang telah Rasulullah
kabarkan”, Setelah itu beliau sujud kepada Allah SWT di atas tanah, sebagai
ungkapan syukur dan pujian serta bentuk kerendahan diri dihadapan-Nya.
Pada hari itu, mayoritas penduduk Konstantinopel bersembunyi
di gereja-gereja sekitar kota. Sultan Muhammad II berpesan kepada tentaranya
supaya berbuat baik kepada penduduk kota yang baru ditaklukkannya. Beliau
kemudian menuju ke Gereja Aya Sophia yang ketika itu menjadi tempat
perlindungan sejumlah besar penduduk kota. Ketakutan jelas terbayang di wajah
masing-masing penduduk ketika beliau menghampiri pintu gereja. Salah seorang
pendeta telah membuka pintu gereja, dan Sultan meminta beliau supaya
menenangkan penduduk.
Setelah itu, Sultan Muhammad II meminta supaya gereja
berkenan ditukar menjadi Masjid supaya Jumat pertama nanti bisa dipergunakan
untuk sholat Jumat. Sementara gereja-gereja lainnya tetap seperti biasa. Para
pekerja bertugas menanggalkan salib, patung dan menutupi gambar-gambar untuk
tujuan sholat. Pada hari Jumat itu, Sultan Muhammad II bersama para muslimin
telah mendirikan sholat Jumat di Masjid Aya Sophia. Khutbah yang pertama di Aya
Sophia itu disampaikan oleh Asy-Syeikh Ak Semsettin. Nama Konstantinopel
kemudian diganti menjadi "Islam Bol/Islambul", yang berarti
"Kota Islam" dan kemudian dijadikan sebagai ibu kota ketiga Khilafah
Usmaniyyah setelah Bursa dan Edirne .
Atas jasanya tersebut Sultan Muhammad II diberi gelar
Al-Fatih (penakluk), sehingga beliau sering dipanggil Sultan Muhammad Al-Fatih.
Pertempuran memperebutkan Konstantinopel berlangsung dari tanggal 6 April s/d
29 Mei 1453 M, atau memakan waktu hampir 2 bulan lamanya.
Credit: http://abialfatih.blogspot.my
BACA INI JUGA
- Nabi Luth Dan Azab Kepada Kaumnya Yang Homosexual
- Tangisan Rasulullah SAW Di Padang Mahsyar
- Kita Kini Di Ambang Kehancuran. Persiapkan Diri Dengan Amalan-Amalan Menghadapi Fitnah Akhir Zaman!! Fitnah Dajjal!! Nauzubillah
- 10 SIFAT-SIFAT ISTERI YANG MENJADI PENAMBAH REZEKI SUAMI
loading...
0 Response to "Sultan Muhammad Alfateh Penakluk Konstantinopel"
Post a Comment