Janganlah menjelek-jelekkan makanan, kalau tidak suka yah
tinggalkan saja. Tak perlu beri komentar tanda seolak-olah menolak rizki Allah.
Imam Nawawi
membawakan dalam kitab Riyadhus Sholihin mengenai tidak bolehnya mencela
makanan dan disunnahkan memujinya. Beliau bawakan dua hadits dari Abu Hurairah
dan Jabir berikut ini.
Tidak Menjelek-jelekkan Makanan
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
مَا عَابَ النَّبِىُّ – صلى
الله عليه وسلم – طَعَامًا
قَطُّ ، إِنِ اشْتَهَاهُ
أَكَلَهُ ، وَإِنْ كَرِهَهُ
تَرَكَهُ
“Tidaklah Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam mencela suatu makanan sedikit pun. Seandainya beliau menyukainya,
beliau menyantapnya. Jika tidak menyukainya, beliau meninggalkannya (tidak
memakannya).” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 5409 dan Muslim no. 2064).
Lihatlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan
cara bagaimana menghadapi makanan yang tidak kita sukai, yaitu dengan ditinggalkan.
(Bahjatun Nazhirin, 2: 51).
Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, “Inilah adab yang
baik kepada Allah Ta’ala. Karena jika seseorang menjelek-jelekkan makanan yang
tidak disukai, maka seolah-olah dengan ucapan jeleknya itu, ia telah menolak
rizki Allah.” (Syarh Al Bukhari, 18: 93)
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah
menjelaskan, “Makanan dan minuman yang dinikmati ketika disodori pada kita,
hendaklah kita tahu bahwa itu adalah nikmat yang Allah beri. Nikmat tersebut
bisa datang karena kemudahan dari Allah. Kita mesti mensyukurinya dan tidak
boleh menjelek-jelekkannya. Jika memang kita suka, makanlah. Jika tidak, maka
tidak perlu makan dan jangan berkata yang bernada menjelek-jelekkan makanan
tersebut.” (Syarh Riyadhus Sholihin, 4: 199)
Namun tidak mengapa jika memberi kritikan pada yang masak,
misalnya dengan berkata, “Hari ini masakanmu terlalu banyak garam, terlalu
pedas atau semacam itu.” Yang disebutkan ini bukan maksud menjelakkan makanan,
namun hanyalah masukan biar dapat diperbaiki. Lihat idem, 4: 200.
Hendaklah Memuji Makanan
Adapun dalam masalah memuji makanan dapat terbukti dari
hadits Jabir bin ‘Abdillah berikut ini.
Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada keluarganya tentang lauk. Mereka
lantas menjawab bahwa tidak di sisi mereka selain cuka. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam lalu bersabda,
نِعْمَ
الأُدُمُ الْخَلُّ نِعْمَ الأُدُمُ الْخَلُّ
“Sebaik-baik lauk adalah cuka,
sebaik-baik lauk adalah cuka.” (HR. Muslim no. 2052).
Perhatikan, ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
meminta lauk, yang ada hanyalah cuka. Maka beliau pun tetap menyantapnya,
bahkan memujinya. Inilah yang dimaksud memuji makanan.
Jadi, di antara petunjuk Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah jika beliau dapati makanan yang disenangi, maka dipuji. Begitu pula
hadits Jabir mengajarkan untuk bersederhana dalam makan. Kita juga bisa
mengambil pelajaran bahwa tidak semua yang disenangi jiwa mesti dituruti,
kadangkala keinginan semacam itu ditahan seperti diajarkan oleh Rasul –shallallahu
‘alaihi wa sallam– di sini. Lihat Bahjatun Nazhirin, 2: 51.
Hanya Allah yang memberi taufik.
Credit: Didakwah
loading...
0 Response to "Amaran! Jangan Mencela Makanan Walaupun Tidak Sedap Jika Enggan Rezeki Terputus.Contohi Cara Rasulullah."
Post a Comment