Sahabat Ummi, Islam menetapkan kewajiban nafkah keluarga ada
di pundak suami sebagaimana firman Allah dalam Quran Surah Al Baqarah ayat 233:
“..............Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara yang ma'ruf (baik)." Karena itu, nafkah istri menjadi tanggung
jawab suami. Dan itu juga berarti bahwa seorang istri tidak dibebani menanggung
nafkah dirinya sendiri apalagi keluarga.
Seorang istri shalihah paham benar bahwa nafkahnya
ditanggung oleh suami, dan menjadi kewajiban suami untuk menafkahinya dengan
cara yang ma’ruf. Namun tahukah engkau
wahai suami, bahwa istrimu memiliki rasa
malu untuk meminta kepadamu meski nafkah adalah hak istri dan kewajiban suami. Istrimu malu dan juga takut untuk meminta
haknya karena ia menjaga dirinya dari apa yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW,
“Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak
bersyukur kepada suaminya, dan dia selalu menuntut (tidak pernah merasa
cukup).” (Hr An Nasa’i. Al Baihaqi).
Istri shalihah tidak akan menuntut di luar kemampuan
suaminya. Cukuplah bagi istri sesuatu
yang pantas dan sewajarnya, tidak perlu mewah, merk terkenal atau mahal
harganya. Cukuplah sesuatu yang dapat
memenuhi fungsinya, karena sombong dan bergaya bukanlah tabiatnya. Sederhana dan qanaah telah menjadi penghias
akhlaknya.
Karena itu wahai suami, perhatikan penampilan istrimu. Dan segera penuhi kebutuhan istrimu. Jangan menunggu istrimu memintanya, karena rasa malu akan mencegahnya, juga kekhawatiran akan membebanimu. Perhatikan keadaan istrimu. Adakah pakaiannya mulai kusam, sepatu sudah butut, sandalnya sudah tipis,
atau tasnya tak layak. Ajaklah istrimu
untuk membeli kebutuhannya. Atau
berikanlah uang padanya untuk membelinya sendiri. Tak perlu kau tanya apakah mau beli sepatu
dan sebagainya. Jika kau bertanya, niscaya istrimu akan menolaknya dan
menyarankan untuk mengutamakan kebutuhanmu dan anak-anakmu. Dan jika kau memberi sesuatu, istrimu sungguh
akan bersuka cita atas perhatian yang kau berikan. Niscaya rasa cinta dan sayangnya padamu akan
makin bertambah besar karena kau mengakui keberadaannya.
Wahai suami, murah hatilah pada istrimu. Janganlah berlaku pelit terhadapnya. Jika kau sering memberikan hadiah untuk
kerabatmu dan kolegamu, ingatlah juga ada istri yang setia disampingmu. Istri yang siap sedia membantumu meski tak
ada belanja tambahan. Istri yang
mendampingimu saat senang maupun susah dan tak kenal lelah. Apalagi bila dirimu memiliki kelebihan
rizki. Sesekali berikan hadiah untuk
istrimu. Belikanlah sesuatu yang pada
umumnya disukai oleh para wanita, apakah itu perhiasan meski hanya sebuah
cincin atau gelang, sepasang sepatu baru, tas tangan yang disukai istrimu, atau
hanya sekedar makanan kesukaannya.
Hadiahmu akan sangat berarti baginya dan akan menambah rasa cintanya
padamu.
Wahai suami, jangan
lupakan kerabat istrimu, terutama ibu dan ayahnya. Jika istrimu malu untuk meminta haknya, maka
ia lebih malu lagi meminta sesuatu untuk ibu dan ayahnya. Sebagai seorang anak, istrimu pun ingin dapat
memberikan sesuatu untuk orang tuanya sebagai tanda cinta dan baktinya. Namun tak akan mudah terlaksana bila
nafkahnya tergantung kepadamu. Karena
itu, tanpa istrimu meminta, berikanlah sebagian rizkimu untuk mertuamu, melalui
tangan istrimu. Mertuamu akan sangat berbahagia
dan terkesan padamu menantu yang berbuat baik kepada orang tua istrinya. Demikian juga, jangan lupakan kerabat istrimu
dengan mengutamakan kerabatmu sendiri.
Wahai suami, jangan abaikan hal tersebut di atas, terlebih
bila istrimu tidak bekerja. Istri
shalihah akan merasa ringan membelanjakan hartanya untuk memenuhi kebutuhan
dirinya sendiri, meski ia tahu ia berada dalam tanggungan nafkahmu. Ia juga tidak akan berat membelanjakan
hartanya untukmu dan anak-anakmu, terlebih dalam kondisi sempit. Sementara istri yang tidak bekerja, atau yang
sudah berhenti bekerja. Mereka tergantung sepenuhnya akan nafkah di tanganmu
sebagai suaminya. Dan inilah yang
ditetapkan Allah. Karena itu, ingatlah
selalu kewajiban ini.
Kewajiban nafkah harus ditunaikan sesuai dengan kemampuanmu,
dan tanpa menunggu permintaan istrimu. Istri shalihah selalu berusaha qanaah
dan tidak menuntut di luar kemampuanmu. Istri shalihah selalu berusaha
mensyukuri pemberian suaminya. Ingatlah, Allah akan meminta pertanggungjawabanmu
dalam menafkahi keluargamu kelak di Yaumil Akhir. Ingatlah, sebaik-baik suami adalah yang
bersikap baik kepada istri dan keluarganya.
loading...
0 Response to "Istrimu Malu untuk Meminta, Meski Itu Haknya"
Post a Comment